Sabtu, 22 Desember 2012

Tak Seindah Kisah Cinderella


Tak Seindah Kisah Cinderella


Tak Seindah Kisah Cinderella

Waktu terus berlalu, tanpa terasa telah lama kutinggalkan masa remaja yang penuh suka cita dan sedikit duka. Dikala duduk dibangku SMA, saya dan teman-teman sesama wanita sering berkhayal akan masa depan yang kami impikan.

Kebanyakan dari kami ingin kuliah dan tentu saja menikah, menurut kami usia 20 - 23 tahun merupakan usia paling ideal untuk menikah. Sosok suami impian kami tentunya seorang pria yang tergambarkan sangat sempurna dalam khayalan, jika ditarik ‘benang merah’ dari sosok impian kami yaitu dengan kriteria sebagai berikut : tampan, baik hati, sabar, setia, jujur, mapan dan bertanggung jawab. Itu baru kriteria pria idaman, belum lagi khayalan kami tentang bagaimana kami ingin dilamar, seindah apa pesta pernikahan kami dan tentu saja tentang Happy ending Love Story.

Saya yakin remaja-remaja masa kini pun punya khayalan tak jauh berbeda dengan khayalanku & teman-teman tentang ‘pernikahan sempurna’, dulu kami terbius dengan dongeng-dongeng tentang putri raja yang akhirnya bertemu pangeran tampan, dongeng yang paling melekat sampai jaman sekarang ya Cinderella story, dijaman sekarang faktor yang mengkontaminasi pikiran kaum muda lebih berat lagi karena terlalu banyak sinetron serta film-film korea yang menggambarkan bahwa ‘Bahagia itu’ jika anda punya pacar tampan, kaya, pintar & terkenal.

Jadi jangan heran bila remaja yang tak cantik & tak tampan biasa di vonis memiliki nasib ’tak bahagia’ karena mereka sudah jelas-jelas bukan pangeran dan bukan pula Cinderella.

Tak bisa dipungkiri bahwa pola fikir seperti ini dipengaruhi oleh media cetak dan elektronik yang biasa kita konsumsi, dimana kebahagiaan diukur oleh ada tidaknya Cinta dari mahlukNya, anda sudah bahagia bila kisah cinta anda seindah kisah Cinderella.

Satu persatu teman-teman menemukan pangerannya masing-masing, jatuh bangun dan tertatih-tatih untuk sampai di gerbang pernikahan dengan segudang rintangan yang menghadang.

belajar bisnis online
Bertahun-tahun saya menganalisa cara Alloh cara Alloh memberikan Jodoh untuk hamba-hambaNya, ada yang sangat mudah hanya kenal sebulan untuk merasa yakin bahwa mereka berjodoh, ada yang berteman lama dan akhirnya memutuskan untuk menikah, dan yang paling banyak ya dengan pacaran dari yang sebentar sampai yang lamaaa, ada yang berjodoh dan tidak sedikit yang gagal. Di dalam Al Qur’an sebenarnya Alloh telah menjelaskan tentang jodoh (saya aja yang telat belajar dan menelaah), salah satunya ada di dalam QS Al Hadid : 22 “telah tertulis dalam kitab (Luhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya”, saya sampai pada satu kesimpulan bahwa jodoh itu Pasti, dan akan Alloh berikan pada Saat yang Tepat, Tempat yang Tepat serta Orang yang Tepat, karena Alloh maha tahu apa yang dibutuhkan oleh HambaNya.

Kisah dari teman-teman yang telah menikah pun tidak berakhir hanya sampai mereka menemukan belahan jiwa mereka, ada banyak suka duka yang mereka hadapi sebagai suami istri, mereka selalu mengatakan ‘kami bahagia dengan pernikahan ini’ tapi cerita yang keluar dari bibir mereka tak jauh dari ‘keluhan dan kekurangan’ pasangan mereka.

Siapapun yang menulis kisah Cinderella, yang pasti dia lupa/sengaja menjadikan akhir kisah ini hanya sampai Pangeran & Cinderella menikah, agar terlihat ending yang sempurna dan menjadi impian hampir semua wanita untuk Bahagia versi Cinderella. Padahal ending story Cinderella merupakan awal kehidupan baru yang penuh tantangan dan ketidaksempurnaan (makanya tidak diceritakan,,, ^^,)

Mungkin bila Cinderella bisa curhat tentang pernikahannnya, dia pun akan menyampaikan keluhan & kekurangan sang pangeran karena manusia memang tercipta tak sempurna.

Ditengah keluhan orang-orang yang telah menikah, saya tetap berazzam bahwa saya tak ingin menapaki bumi sendirian, saya tetap ingin menyempurnakan separuh agama ini dengan menikah.

Walaupun takkan seindah kisah Cinderella saya tetap ingin melangkah menuju waktu yang tepat, tempat yang tepat serta menemukan orang yang tepat, yang telah Alloh Ridhoi untukku.

Apakah mereka mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya mengatakan ‘kami telah beriman’ dan mereka tidak diuji (QS Al-Ankabut : 2)

Untuk temen-temen yang telah menikah, berhentilah mengeluh kawan, karena keluhan takkan membuat kalian lebih dekat dengan SurgaNya.

Untuk teman-teman yang sedang dalam perjalanan menuju waktu yang ditentukan Alloh tuk melepas masa lajang, mari kita isi waktu kita untuk memperbaiki diri, agar pada saat bertemu dengan belahan jiwa hanya ada kebaikan, kebaikan dan kebaikan yang dia dapati pada diri kita.

Teruntuk belahan jiwaku yang masih dirahasiakan Alloh,
Do’aku senantiasa mengiringi langkahmu
Semoga Alloh selalu menjaga kita dari keburukan dunia & akhirat
Baik sebelum maupun sesudah Alloh menyatukan kita dengan RidhoNya.
Amien ya Rabb

***

Tanah Paser, 20 10 2010
www.facebook.com/nani.adam

Jumat, 21 Desember 2012

Seorang Pemuda dan Bidadari Bermata Jeli


seorang pemuda dan bidadari bermata jeli



Abdul Wahid bin Zaid berkata, “Ketika kami sedang duduk-duduk di majelis kami, aku pun sudah siap dengan pakaian perangku, karena ada komando untuk bersiap-siap sejak Senin pagi. Kemudian saja ada seorang laki-laki membaca ayat, (artinya) ‘Sesungguhnya Alloh membeli dari orang-orang mukmin jiwa dan harta mereka dengan memberi Surga.’ (At-Taubah: 111). Aku menyambut, “Ya, kekasihku.”

Laki-laki itu berkata, “Aku bersaksi kepadamu wahai Abdul Wahid, sesungguhnya aku telah menjual jiwa dan hartaku dengan harapan aku memperoleh Surga.”

Aku menjawab, “Sesungguhnya ketajaman pedang itu melebihi segala-galanya. Dan engkau sajalah orang yang aku sukai, aku khawatir manakala engkau tidak mampu bersabar dan tidak mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini.

Laki-laki itu berkata, “Wahai Abdul Wahid, aku telah berjual beli kepada Alloh dengan harapan mendapat Surga, mana mungkin jual beli yang aku persaksikan kepadamu itu akan melemah.” Dia berkata, “Nampaknya aku memprihatinkan kemampuan kami semua, …kalau orang kesayanganku saja mampu berbuat, apakah kami tidak?” 

Kemudian lelaki itu menginfakkan seluruh hartanya di jalan Alloh kecuali seekor kuda, senjata dan sekedar bekal untuk perang. Ketika kami telah berada di medan perang dialah laki-laki pertama kali yang tiba di tempat tersebut. Dia berkata, “Assalamu ’alaika wahai Abdul Wahid,” Aku menjawab, “Wa’alaikumussalam warahmatullah wa barakatuh, alangkah beruntungnya perniagaan ini.”

Kemudian kami berangkat menuju medan perang, lelaki tersebut senantiasa berpuasa di siang hari dan qiyamullail pada malam harinya melayani kami dan menggembalakan hewan ternak kami serta menjaga kami ketika kami tidur, sampai kami tiba di wilayah Romawi.

Ketika kami sedang duduk-duduk pada suatu hari, tiba-tiba dia datang sambil berkata, “Betapa rindunya aku kepada bidadari bermata jeli.” Kawan-kawanku berkata, “Sepertinya laki-laki itu sudah mulai linglung.” Dia mendekati kami lalu berkata, “Wahai Abdul Wahid, aku sudah tidak sabar lagi, aku sangat rindu pada bidadari bermata jeli.” 

Aku bertanya, “Wahai saudaraku, siapa yang kamu maksud dengan bidadari bermata jeli itu.” Laki-laki itu menjawab, “Ketika itu aku sedang tidur, tiba-tiba aku bermimpi ada seseorang datang menemuiku, dia berkata, ‘Pergilah kamu menemui bidadari bermata jeli.’ Seseorang dalam mimpiku itu mendorongku untuk menuju sebuah taman di pinggir sebuah sungai yang berair jernih. Di taman itu ada beberapa pelayan cantik memakai perhiasan sangat indah sampai-sampai aku tidak mampu mengungkapkan keindahannya.

Ketika para pelayan cantik itu melihatku, mereka memberi kabar gembira sambil berkata, ‘Demi Alloh, suami bidadari ber-mata jeli itu telah tiba.’ Kemudian aku berkata, ‘Assalamu ‘alaikunna, apakah di antara kalian ada bidadari bermata jeli?’ Pelayan cantik itu menjawab, ‘Tidak, kami sekedar pelayan dan pembantu bidadari bermata jeli. Silahkan terus!’

Aku pun meneruskan maju mengikuti perintahnya, aku tiba di sebuah sungai yang mengalir air susu, tidak berubah warna dan rasanya, berada di sebuah taman dengan berbagai perhiasan. Di dalamnya juga terdapat pelayan bidadari cantik dengan mengenakan berbagai perhiasan. Begitu aku melihat mereka aku terpesona. Ketika mereka melihatku mereka memberi kabar gembira dan berkata kepadaku, ‘Demi Alloh telah datang suami bidadari bermata jeli.’ Aku bertanya, ‘Assalamualaikunna, apakah di antara kalian ada bidadari bermata jeli?’ Mereka menjawab, Waalaikassalam wahai waliyullah, kami ini sekedar budak dan pelayan bidadari bermata jeli, silahkan terus.’

Aku pun meneruskan maju, ternyata aku berada di sebuah sungai khamr berada di pinggir lembah, di sana terdapat bidadari-bidadari sangat cantik yang membuat aku lupa dengan kecantikan bidadari-bidadari yang telah aku lewati sebelumnya. Aku berkata, ‘Assalamu alaikunna, apakah di antara kalian ada bidadari bermata jeli?’ Mereka menjawab, ‘Tidak, kami sekedar pembantu dan pelayan bidadari bermata jeli, silahkan maju ke depan.’

Aku berjalan maju, aku tiba di sebuah sungai yang mengalirkan madu asli di sebuah taman dengan bidadari-bidadari sangat cantik berkilauan wajahnya dan sangat jelita, membuat aku lupa dengan kecantikan para bidadari sebelumnya. Aku bertanya, ‘Assalamu alaikunna, apakah di antara kalian ada bidadari bermata jeli?’ Mereka menjawab, ‘Wahai waliyurrahman, kami ini pembantu dan pelayan bidadari jelita, silahkan maju lagi.’

Aku berjalan maju mengikuti perintahnya, aku tiba di se-buah tenda terbuat dari mutiara yang dilubangi, di depan tenda terdapat seorang bidadari cantik dengan memakai pakaian dan perhiasan yang aku sendiri tidak mampu mengungkapka keindahannya. Begitu bidadari itu melihatku dia memberi kabar gembira kepadaku dan memanggil dari arah tenda, ‘Wahai bidadari bermata jeli, suamimu datang!’

Kemudian aku mendekati kemah tersebut lalu masuk. Aku mendapati bidadari itu duduk di atas ranjang yang terbuat dari emas, bertahta intan dan berlian. Begitu aku melihatnya aku terpesona sementara itu dia menyambutku dengan berkata, ‘Selamat datang waliyurrahman, telah hampir tiba waktu kita bertemu.’ Aku pun maju untuk memeluknya, tiba-tiba ia berkata, ‘Sebentar, belum saatnya engkau memelukku karena dalam tubuhmu masih ada ruh kehidupan. Tenanglah, engkau akan berbuka puasa bersamaku di kediamanku, insya Alloh. ‘

Seketika itu aku bangun dari tidurku wahai Abdul Wahid. Kini aku sudah tidak bersabar lagi, ingin bertemu dengan bidadari bermata jeli itu.”

Abdul Wahid menuturkan, “Belum lagi pembicaraan kami (cerita tentang mimpi) selesai, kami mendengar pasukan musuh telah mulai menyerang kami, maka kami pun bergegas meng-angkat senjata begitu juga lelaki itu.

Setelah peperangan berakhir, kami menghitung jumlah para korban, kami menemukan 9 orang musuh tewas dibunuh oleh lelaki itu, dan ia adalah orang ke sepuluh yang terbunuh. Ketika aku melintas di dekat jenazahnya aku lihat, tubuhnya berlumuran darah sementara bibirnya tersenyum yang mengantarkan pada akhir hidupnya.”

***

Kamis, 20 Desember 2012

Anjuran Menikah dalam al-Hadits


anjuran menikah dalam al-hadits



Termasuk cara Islam mendorong dan memotivasi seorang Muslim dan Muslimah untuk menikah dan mengajak umatnya untuk segera menikah adalah melalui banyaknya hadits yang disabdakan oleh Rosululloh –sholallohu ‘alaihi wasallam- tentang pernikahan dan hal-hal yang terkait dengannya.

Hadits tentang permasalahan nikah sangat banyak sekali, di antaranya adalah:

1.       Hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhori dan Muslim dari Anas bin Malik –rodhiallohu anhu-.

Anas menceritakan, “Ada tiga orang mendatangi rumah Rosululloh –sholallohu ‘alaihi wasallam- untuk bertanya tentang ibadah beliau. Tatkala mereka sudah diberitahu, maka seolah-olah mereka menganggap sedikitnya ibadah yang dilakukan Nabi –sholallohu ‘alaihi wasallam-. Mereka berkata, ‘Siapakah kami ini bila dibandingkan dengan Rosululloh –sholallohu ‘alaihi wasallam-, padahal dosa-dosa beliau yang dulu dan yang akan dating telah diampuni.’

Salah seorang di antara mereka berkata, ‘Kalau begitu, aku akan selalu sholat sepanjang malam!.’ Lelaki yang lain berkata, ‘Aku akan berpuasa sepanjangan tahun tanpa pernah berbuka!’ Dan orang yang terakhir berkata, ‘Aku akan meninggalkan wanita dan tidak akan menikah untuk selama-lamanya!’ Ketika mendengar hal tersebut, Rosululloh –sholallohu ‘alaihi wasallam- mendatangi mereka dan bersabda:

Apakah kalian yang berkata begini dan begitu? Demi Alloh, sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut dan bertakwa kepada Alloh, akan tetapi aku berpuasa dan berbuka, sholat malam dan tidur dan aku juga menikahi perempuan. Barangsiapa yang membenci sunnahku, maka ia tidak termasuk dari golonganku.”” (HR. al-Bukhori dan Muslim)

2.       Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, an-Nasa’I dan lainnya dengan sanad yang shohih dari Ma’qil bin Yasar –rodhiallohu anhu-.

Ma’qil menceritakan bahwa ada seseorang yang dating kepada Nabi –sholallohu ‘alaihi wasallam- lalu berkata, “Aku menemukan seorang wanita yang cantik dan memiliki nasab yang baik, akan tetapi ia mandul. Apakah aku boleh menikahinya?”

Maka Nabi –sholallohu ‘alaihi wasallam- bersabda, “Tidak boleh.” Kemudian lelaki itu dating lagi kepada beliau, namun beliau tetap tidak memperkenankannya. Akhirnya orang itu mendatangi Nabi –sholallohu ‘alaihi wasallam- kembali lagi yang ketiga kalinya, maka beliau bersabda:
Nikahilah wanita yang menyayangi suaminya (wadud) dan yang bisa banyak menghasilkan keturunan (walud). Sesungguhnya aku berbangga dengan umat-umat lain dalam jumlah pengikut.” (HR. Abu Dawud, an-Nasa’i dan lainnya)

3.       Hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhori dan Muslim dari Alqomah.

Alqomah berkata, “Suatu saat aku sedang bersama Abdulloh, Kemudian Utsman menemui Abdulloh di Mina dan berkata, ‘Wahai Abu Abdir Rohman, aku sedang ada perlu denganmu.’ Keduanya lantas menyepi. Utsman berkata: ‘Wahai Abu Abdi Rohman, Bagaimanakah pendapatmu kalau aku menikahkanmu dengan gadis yang bisa mengingatkamu kepada masa mudamu?’

Tatkala Utsman melihat Abdulloh belum merespon untuk menikah, maka ia memberikan isyarat padaku. Utsman berkata kepadaku, ‘Wahai Alqomah, aku telah menemui Abdulloh dan berkata, ‘Kalau engkau mengatakan demikian, maka Nabi –sholallohu ‘alaihi wassalam- telah bersabda kepada kami:

Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu untuk ba’ah (menikah, hasrat melakukan hubungan biologis dengan lawan jenis), maka hendaknya ia menikah. Barangsiapa yang belum mampu, maka hendaknya ia berpuasa. Sesungguhnya puasa itu adalah peredam syahwat.” (HR. al-Bukhori dan Muslim)

4.       Hadits yang diriwayatkan oleh Abdur Rozzaq dengan sanad yang shohih dari ‘Aisyah –rodhiallohu anha-.

‘Aisyah –rodhiallohu anha- menceritakan bahwa istri Utsman bin Madh’un yang bernama Khoulah binti Hakim menemuinya dalam keadaan kusut. ‘Aisyah bertanya kepadanya, “Engkau sedang ada masalah?” Khoulah menjawab, “(Sepanjang malam) suamiku mengerjakan sholat malam dan siang harinya selalu berpuasa.”

Lantas Nabi –sholallohu ‘alaihi wasallam- masuk rumah dan ‘Aisyah menjelaskan hal itu kepada beliau. Kemudian Nabi –sholallohu ‘alaihi wasallam- bertemu (dengan Utsman bin Madh’un) bersabda kepadanya, “Wahai Utsman, sesungguhnya kerahiban itu tidak diwajibkan kepada kita. Bukankah aku adalah suri teladanmu? Demi Alloh, aku adalah orang yang paling takut kepada Alloh dan orang yang paling taat mengamalkan hukum-hukum Alloh yang diperintahkan padaku!” (HR. Abdur Rozzaq)

5.       Hadits yang diriwayatkan Muslim dari Abu Dzar –rodhiallohu anhu-.

Dalam hadits yang panjang diriwayatkan bahwa Rosululloh –sholallohu ‘alaihi wasallam- bersabda:
Menggauli istri seorang dari kalian adalah sedekah.”

Para sahabat bertanya, “Wahai Rosululloh, kenapa bisa mendapat pahala, padahal kita hanya menyalurkan nafsu syahwat saja?” Maka Nabi –sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
Bagaimana menurut kalian kalau sekiranya ia menyalurkannya pada tempat yang diharamkan? Apakah ia akan mendapat dosa? Karena itu, jika ia menyalurkannya pada tempat yang halal, maka ia pun akan mendapat pahala.” (HR. Muslim)

6.       Hadits yang diriwayatkan Muslim dari Abu Hurairoh –rodhiallohu anhu-.

Rosululloh –sholallohu ‘alaihi wasallam- bersabda:
Jika seseorang meninggal dunia, maka akan terputuslah amalannya kecuali tiga perkara. Yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang mendoakannya.” (HR. Muslim)

7.       Hadits yang diriwayatkan Muslim dari Abdulloh bin ‘Amr –rodhiallohu anhu-.

Ia bercerita bahwa Nabi –sholallohu ‘alaihi wasallam- bersabda:
Dunia adalah kesenangan yang sementara dan sebaik-baik kesenangan dunia adalah wanita yang sholihah.” (HR. Muslim)

Dan masih banyak lagi hadits-hadits lainnya, termasuk tentang larangan membujang. Sedangkan anjuran menikah dari para Sahabat juga sangat banyak, antara lain:

Dari Sa’id bin Jubair –rodhiallohu anhu-, ia berkata bahwa Ibnu Abbas pernah bertanya kepadanya, “Apakah kamu sudah menikah?”, kujawab, “Belum.” Ibnu Abbas berkata, “Menikahlah, karena sesungguhnya orang terbaik dari umat ini adalah yang paling banyak istrinya.” (HR. al-Bukhori)

Juga diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud –rodhiallohu anhu-, ia berkata, “Seandainya umurku hanya tinggal satu malam saja, maka aku ingin sekiranya pada malam itu juga aku menikah.” (HR. Ibnu Syaibah dengan sanad Shohih)

Oleh karena itu, makruh atau bahkan diharamkan bagi seorang Muslim tidak menikah tanpa alasan syar’i.

***
Pernikahan Islami : Menikah Itu Indah, Hikmah dan Keutamaan Pernikahan dalam Islam, LBKI


belajar bisnis online

Rabu, 19 Desember 2012

Kenapa Harus Mereka (Perempuan Shalihah)?


menuju keluarga islami

Kenapa Harus Mereka (Perempuan Shalihah)?

Terkadang orang heran dan bertanya, kenapa harus mereka?

Yang bajunya panjang, tertutup rapat, dan malu-malu kalau berjalan..

Aku menjawab.. Karena mereka, lebih rela bangun pagi menyiapkan sarapan buat sang suami dibanding tidur bersama mimpi yang kebanyakan dilakukan oleh perempuan lain saat ini..

Ada juga yang bertanya, mengapa harus mereka?
Yang sama laki-laki-pun tak mau menyentuh, yang kalau berbicara ditundukkan pandangannya..
Bagaimana mereka bisa berbaur… ?

Aku menjawab..
Tahukah kalian.. bahwa hati mereka selalu terpaut kepada yang lemah, pada pengemis di jalanan, pada perempuan-perempuan renta yang tak lagi kuat menata hidup. Hidup mereka adalah sebuah totalitas untuk berkarya di hadapan-Nya.. Bersama dengan siapapun selama mendatangkan manfaat adalah kepribadian mereka.. Untuk itu, aku menjamin mereka kepadamu, bahwa kau takkan rugi memiliki mereka, kau takkan rugi dengan segala kesederhanaan, dan kau takkan rugi dengan semua kepolosan yang mereka miliki.. Hati yang bening dan jernih dari mereka telah membuat mereka menjadi seorang manusia sosial yang lebih utuh dari wanita di manapun..

Sering juga kudengar.. Mengapa harus mereka?

Yang tidak pernah mau punya cinta sebelum akad itu berlangsung, yang menghindar ketika sms-sms pengganggu dari para lelaki mulai berdatangan, yang selalu punya sejuta alasan untuk tidak berpacaran..

Bagaimana mereka bisa romantis? bagaimana mereka punya pengalaman untuk menjaga cinta, apalagi jatuh cinta?

Aku menjawab..
Tahukah kamu.. bahwa cinta itu fitrah, karena ia fitrah maka kebeningannya harus selalu kita jaga. Fitrahnya cinta akan begitu mudah mengantarkan seseorang untuk memiliki kekuatan untuk berkorban, keberanian untuk melangkah, bahkan ketulusan untuk memberikan semua perhatian.

Namun, ada satu hal yang membedakan antara mereka dan wanita-wanita lainnya.. Mereka memiliki cinta yang suci untuk-Nya.. Mereka mencintaimu karena-Nya, berkorban untukmu karena-Nya, memberikan segenap kasihnya padamu juga karena-Nya… Itulah yang membedakan mereka..Tak pernah sedetikpun mereka berpikir, bahwa mencintaimu karena fisikmu, mencintaimu karena kekayaanmu, mencintaimu karena keturunan keluargamu.. Cinta mereka murni.. bening.. suci.. hanya karena-Nya..

Kebeningan inilah yang membuat mereka berbeda… Mereka menjadi anggun, seperti permata-permata surga yang kemilaunya akan memberikan cahaya bagi dunia. Ketulusan dan kemurnian cinta mereka akan membuatmu menjadi lelaki paling bahagia..

Sering juga banyak yang bertanya.. mengapa harus mereka?

Yang lebih banyak menghabiskan waktunya dengan membaca Al-Qur’an dibanding ke salon, yang lebih sering menghabiskan harinya dari kajian ke kajian dibanding jalan-jalan ke mall, yang sebagian besar waktu tertunaikan untuk hajat orang banyak, untuk dakwah, untuk perubahan bagi lingkungannya, dibanding kumpul-kumpul bersama teman sebaya mereka sambil berdiskusi yang tak penting.

Bagaimana mereka merawat diri mereka? bagaimana mereka bisa menjadi wanita modern?

Aku menjawab..
Tahukah kamu, bahwa dengan seringnya mereka membaca al Qur’an maka memudahkan hati mereka untuk jauh dari dunia.. Jiwa yang tak pernah terpaut dengan dunia akan menghabiskan harinya untuk memperdalam cintanya pada Alloh -subhanahu wa ta’ala-.. Mereka akan menjadi orang-orang yang lapang jiwanya, meski materi tak mencukupi mereka, mereka menjadi orang yang paling rela menerima pemberian suami, apapun bentuknya, karena dunia bukanlah tujuannya. Mereka akan dengan mudah menyisihkan sebagian rezekinya untuk kepentingan orang banyak dibanding menghabiskannya untuk diri sendiri. Kesucian ini, hanya akan dimiliki oleh mereka yang terbiasa dengan al Qur’an, terbiasa dengan majelis-majelis ilmu, terbiasa dengan rumah-Nya.

Jangan khawatir soal bagaimana mereka merawat dan menjaga diri… Mereka tahu bagaimana memperlakukan suami dan bagaimana bergaul di dalam sebuah keluarga kecil mereka. Mereka sadar dan memahami bahwa kecantikan fisik penghangat kebahagiaan, kebersihan jiwa dan nurani mereka selalu bersama dengan keinginan yang kuat untuk merawat diri mereka. Lalu apakah yang kau khawatirkan jika mereka telah memiliki semua kecantikan itu?

Dan jangan takut mereka akan ketinggalan zaman. Tahukah kamu bahwa kesehariannya selalu bersama dengan ilmu pengetahuan.. Mereka tangguh menjadi seorang pembelajar, mereka tidak gampang menyerah jika harus terbentur dengan kondisi akademik. Mereka adalah orang-orang yang tahu dengan sikap profesional dan bagaimana menjadi orang-orang yang siap untuk sebuah perubahan. Perubahan bagi mereka adalah sebuah keniscayaan, untuk itu mereka telah siap dan akan selalu siap bertransformasi menjadi wanita-wanita hebat yang akan memberikan senyum bagi dunia.

Dan sering sekali, orang tak puas.. dan terus bertanya.. mengapa harus mereka?

Pada akhirnya, akupun menjawab…
Keagungan, kebeningan, kesucian, dan semua keindahan tentang mereka, takkan mampu kau pahami sebelum kamu menjadi lelaki yang shalih seperti mereka..

Yang pandangannya terjaga.. yang lisannya bijaksana.. yang siap berkeringat untuk mencari nafkah, yang kuat berdiri menjadi seorang imam bagi sang permata mulia, yang tak kenal lelah untuk bersama-sama mengenal-Nya, yang siap membimbing mereka, mengarahkan mereka, hingga meluruskan khilaf mereka…

Kalian yang benar-benar hebat secara fisik, jiwa, dan iman-lah yang akan memiliki mereka. Mereka adalah bidadari-bidadari surga yang turun ke dunia, maka Alloh -subhanahu wa ta’ala- takkan begitu mudah untuk memberikan kepadamu yang tak berarti di mata-Nya… Alloh -subhanahu wa ta’ala- menjaga mereka untuk sosok-sosok hebat yang akan merubah dunia. Menyuruh mereka menunggu dan lebih bersabar agar bisa bersama dengan para syuhada sang penghuni surga… Menahan mereka untuk dipasangkan dengan mereka yang tidurnya adalah dakwah, yang waktunya adalah dakwah, yang kesehariannya tercurahkan untuk dakwah.. sebab mereka adalah wanita-wanita yang menisbahkan hidupnya untuk jalan perjuangan.

Alloh -subhanahu wa ta’ala- mempersiapkan mereka untuk menemani sang pejuang yang sesungguhnya, yang bukan hanya indah lisannya.. namun juga menggetarkan lakunya.. Alloh -subhanahu wa ta’ala- mempersiapkan mereka untuk sang pejuang yang malamnya tak pernah lalai untuk dekat dengan-Nya.. yang siangnya dihabiskan dengan berjuang untuk memperpanjang nafas Islam di bumi-Nya.. Alloh -subhanahu wa ta’ala- mempersiapkan mereka untuk sang pejuang yang cintanya pada Alloh -subhanahu wa ta’ala- melebihi kecintaan mereka kepada dunia.. yang akan rela berkorban, dan meninggalkan dunia selagi Alloh -subhanahu wa ta’ala- tujuannya.. Yang cintanya takkan pernah habis meski semua isi bumi tak lagi berdamai kepadanya..

Alloh -subhanahu wa ta’ala- telah mempersiapkan mereka untuk lelaki-lelaki shalih penghulu surga…

Seberat itukah?
Ya… Takkan mudah.. sebab surga itu tidak bisa diraih dengan hanya bermalas-malasan tanpa ada perjuangan…
  
Oleh: Yusuf Al Bahi

Arti Bahagia


indahnya keluarga islami


Sudah dua belas tahun kita menikah, tapi belum sedikitpun kita bahagia”, kata seorang suami kepada istrinya.

Maksud ayah?”, sahut istrinya bingung karena tak seperti biasa suaminya bersikap seperti ini.

Maafkan aku bu, nggak seperti keluarga lainnya yang hidup bahagia dan mapan, selama ini aku belum bisa bahagiakan kamu dan anak-anak, apalagi pekerjaanku seperti ini, hanya seorang tukang sampah keliling di kampung ini”, terang suaminya menjelaskan.

“Maksud ayah, aku dan anak-anak tidak bahagia? Kata siapa begitu? Tidak seharusnya ayah berkata seperti itu. Aku merasa bahagia walaupun keadaan kita susah seperti ini. Ayah seharusnya bersyukur, karena ini adalah nikmat yang diberikanNYA untuk kita. Banyak orang yang bergelimang harta tapi hidupnya tidak bahagia, banyak orang yang kaya tapi hatinya selalu dirundung duka. Mending kita hidup seperti ini Yah, yang penting hati kita tenang dan bahagia. Masih bisa makan walau seadanya, masih bisa menyekolahkan anak-anak walaupun bukan di sekolah yang mahal, dan ayah bisa mengatur waktu untuk beribadah tidak disibukkan dengan urusan dunia. Anggap pekerjaan ayah ini adalah ibadah karena membuat kampung kita jadi bersih.

Tentang pekerjaan Ayah, Ayah boleh bekerja sebagai tukang sampah, tapi bukan berarti pekerjaan yang ayah jalani adalah sampah. Ayah memang mengambil sampah dari masyarakat, tapi bukan berarti ayah adalah sampah masyarakat. Tangan ayah boleh kotor karena sampah, tapi yang penting tangan ayah tidak pernah berbuat kotor atau dosa.

Biarlah orang memandang ayah rentan terkena penyakit, tapi yang penting ayah tidak membuat orang berpenyakit, apalagi itu penyakit hati. Biarlah juga orang lain menghina ayah, tapi yang penting ayah tidak pernah menghina mereka. Jadi ayah harus tetap bersyukur ya dan ikhlas menjalani ini semua.”, jawab istrinya berusaha menenangkan hati suaminya.

Ya sayang, kamu memang wanita terbaik yang dianugerahkanNYA untukku. Terima kasih ya istriku, ibu dari anak-anakku, hatiku sekarang bisa sedikit lebih tenang.”, sambung suaminya sambil melempar senyum kecilnya.

Istrinya juga ikut tersenyum melihat suaminya tersenyum tanda berkurang kemurungannya. Oh indahnya hidup bila bisa saling menyejukkan dan mengingatkan, apalagi jika dibumbui dengan rasa ikhlas dan syukur, pasti hidup akan terasa jauh lebih indah lagi jadinya.

Selasa, 18 Desember 2012

Anjuran Menikah dalam al-Qur’an


Anjuran Menikah dalam al-Qur'an



Pernikahan merupakan cikal bakal kehidupan masyarakat, dan sebagai sunnatulloh untuk menjadikan kehidupan semakin semarak, indah, bernilai dan mulia. Pernikahan merupakan hubungan batin yang hakiki, cinta yang berselimut kejujuran dan kerja sama yang penuh semangat kebersamaan dan kasih sayang untuk membentuk keluarga yang baik.

Karenanya, Islam telah memberikan banyak motivasi dan anjuran untuk menikah dalam berbagai bentuk, di antaranya:

1.       Nikah adalah sunnatulloh bagi manusia yang pula diberlakukan kepada manusia mulia, para Nabi dan Rosul.

Alloh Ta’ala berfirman:
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rosul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan.” (ar-Ro’d : 38).

2.       Pernikahan termasuk tanda-tanda kekuasaan Alloh Ta’ala yang menunjukkan kesempurnaan rububiyyah-Nya dan bahwa Dia-lah yang paling berhak untuk disembah.

Alloh Ta’ala berfirman:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara rasa kasih dan sayang.” (ar-Rum : 21)

3.       Pernikahan merupakan bagian dari karunia Alloh Ta’ala kepada para hamba-Nya, karena melalui pernikahan mereka dikaruniai anak dan cucu (keturunan).

Alloh Ta’ala berfirman:
Alloh menjadikan bagi kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri dan menjadikan bagi kalian dari istri-istri kalian itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari nikmat Alloh?” (an-Nahl : 72)

4.       Dalam ibadah pernikahan terkandung ibadah doa untuk memohon anak keturunan yang sholih dan sholihah.

Contohnya adalah doa Nabi Zakaria ‘alaihissalam:
Wahai Robbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.” (Ali ‘Imron : 38)

Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Robbnya: ‘Wahai Robbku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Pewaris yang paling baik’.” (al-Anbiya’ : 89)

Dan doa para hamba Alloh Ta’ala:
Wahai Robb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (al-Furqon : 74)

5.       Pernikahan juga merupakan sunnatulloh dalam setiap makhluk dan semua makhluk pasti melakukan hubungan perkawinan, baik manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan.

Alloh  Ta’ala berfirman:
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kalian mengingat kebesaran Alloh.” (adz-Dzariyat : 49)

Maha suci Alloh yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” (Yasin : 36)

6.       Pernikahan adalah aturan Alloh Ta’ala dan jalan terbaik untuk melestarikan kehidupan serta untuk memperoleh keturunan sehingga tatanan kehidupan tetap eksis dan berkelanjutan.

Alloh Ta’ala berfirman:
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Robb kalian yang telah menciptakan kalian dari seorang diri, dan dari padanya Alloh menciptakan istrinya, dan dari pada keduanya Alloh memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak…” ( an-Nisa’ : 1)

Alloh Ta’ala juga berfirman:
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling kenal-mengenal.” (al-Hujurot : 13)

***

Paket Pernikahan Islami : Menikah Itu Indah, hikmah dan keutamaan pernikahan dalam Islam, LBKI

Hafsoh binti Umar -rodhiallohu anhu-


Hafsoh, Wanita Penjaga al-Qur'an



Beliau adalah Hafsoh putri dari Umar bin Khoththob -rodhiallohu anhu-, seorang sahabat agung yang melalui perantaraan beliaulah Islam memiliki wibawa. Hafsoh adalah seorang wanita yang masih muda dan berparas cantik, bertakwa dan termasuk wanita yang disegani.

Pada mulanya beliau dinikahi oleh salah seorang sahabat yang mulia bernama Khunais bin Khudzafah bin Qais as-Sahmi al-Quraisy. Yang pernah berhijrah dua kali, ikut dalam perang Badar dan perang Uhud. Namun setelah beliau wafat di negeri hijrah karena sakit yang beliau alami sewaktu perang Uhud begitu parah. Jadilah Hafsoh yang masih muda dan bertakwa karena umurnya baru 18 tahun hidup seorang diri dan menjada.

Umar -rodhiallohu anhu- benar-benar merasakan gelisah dengan keadaan putrinya yang menjanda dalam keadaan masih muda, dan beliau masih merasakan kesedihan dengan wafatnya menantunya yang dia adalah seorang muhajir dan mujahid. Beliau mulai merasakan kesedihan setiap kali masuk rumah melihat putrinya dalam keadaan berduka. Setelah berfikir panjang maka Umar -rodhiallohu anhu- berkesimpulan untuk mencarikan suami untuk putrinya sehingga ia dapat bergaul dengannya dan agar kebahagiaan yang telah hilang tatkala ia menjadi seorang istri selama kurang lebih enam bulan dapat kembali.

Akhirnya pilihan Umar -rodhiallohu anhu- jatuh pada Abu Bakar ash-Shidiq -rodhiallohu anhu-, orang yang paling dicintai oleh Rosululloh -sholallohu ‘alaihi wasallam-, karena Abu Bakar -rodhiallohu anhu- dengan sifat tenggang rasa dan kelembutannya dapat diharapkan membimbing Hafsoh yang mewarisi watak bapaknya yang bersemangat tinggi dan berwatak tegas. Maka segeralah Umar -rodhiallohu anhu- menemui Abu Bakar -rodhiallohu anhu- dan menceritakan perihal Hafsoh beserta ujian yang menimpa dirinya yakni berstatus janda. Sedangkan ash-Shidiq -rodhiallohu anhu- memperhatikan dengan rasa iba dan belas kasihan.

Kemudian barulah Umar -rodhiallohu anhu- menawari Abu Bakar  -rodhiallohu anhu- agar mau memperistri putrinya. Dalam hatinya dia tidak ragu bahwa Abu Bakar -rodhiallohu anhu- mau menerima seorang wanita yang masih muda dan bertakwa, putri dari seorang laki-laki yang dijadikan oleh Alloh -subhanahu wa ta'ala- penyebab untuk menguatkan Islam. Namun ternyata Abu Bakar -rodhiallohu anhu- tidak menjawab apa-apa. Maka berpalinglah Umar -rodhiallohu anhu- dengan membawa kekecewaan hatinya yang hampir-hampir dia tidak percaya (dengan sikap Abu Bakar -rodhiallohu anhu-). Kemudian ia melangkahkan kakinya menuju Utsman bin Affan -rodhiallohu anhu- yang mana ketika itu istri beliau yang bernama Ruqoyyah binti Rosululloh -sholallohu ‘alaihi wasallam- telah wafat karena sakit yang dideritanya.

Umar -rodhiallohu anhu- menceritakan perihal putrinya kepada Utsman -rodhiallohu anhu- dan menawari beliau agar mau menikahi putrinya, namun beliau menjawab, “Aku belum ingin nikah hari ini.”

Semakin bertambahlah kesedihan Umar -rodhiallohu anhu- atas penolakan Utsman -rodhiallohu anhu- yang sebelumnya ditolak oleh Abu Bakar -rodhiallohu anhu-. Beliau merasa malu untuk bertemu dengan salah seorang dari kedua sahabatnya tersebut, padahal mereka berdua adalah kawan karibnya dan teman kepercayaannya yang paham betul tentang kedudukannya. Kemudian beliau menghadap Rosululloh -sholallohu ‘alaihi wasallam- dan mengadukan dan sikap Abu Bakar maupun Utsman. Maka tersenyumlah Rosululloh -sholallohu ‘alaihi wasallam- seraya berkata: “Hafsoh akan dinikahi oleh orang yang lebih baik dari Utsman, sedangkan Utsman akan menikahi wanita yang lebih baik dari Hafsoh.”

Wajah Umar bin Khoththob -rodhiallohu anhu- berseri-seri karena kemuliaan yang agung ini yang mana belum terlintas dalam angan-angannya, hilanglah segala kesusahan di hatinya, maka dengan segera ia menyampaikan kabar gembira tersebut kepada setiap orang yang dicintainya, sedangkan Abu Bakar -rodhiallohu anhu- adalah orang yang pertama kali beliau temui. Maka tatkala Abu Bakar -rodhiallohu anhu- melihat Umar -rodhiallohu anhu- dalam keadaan gembira dan suka cita, maka beliau mengucapkan selamat kepada Umar -rodhiallohu anhu- dan meminta maaf kepada Umar -rodhiallohu anhu- sambil berkata, “Janganlah engkau marah kepadaku wahai Umar, karena aku telah mendengar Rosululloh -sholallohu ‘alaihi wasallam- menyebut-nyebut Hafsoh, hanya saja aku tidak ingin membuka rahasia Rosululloh -sholallohu ‘alaihi wasallam-, seandainya beliau menolak Hafsoh maka pastilah aku mau menikahinya.”

Maka Madinah mendapat barokah dengan indahnya pernikahan Nabi -sholallohu ‘alaihi wasallam- dengan Hafsoh binti Umar pada bulan Sya’ban tahun ke tiga hijriyah. Begitu pula barokah dari pernikahan Utsman bin Affan -rodhiallohu anhu- dengan Ummi Kultsum binti Muhammad -sholallohu ‘alaihi wasallam- pada bulan Jumadil Akhir tahun ke gita Hijriyah juga.

Begitulah, Hafsoh bergabung dengan istri-istri Rosululloh -sholallohu ‘alaihi wasallam- dan ummahatul mukminin yang suci. Di dalam rumah tangga nubuwwah ada istri beliau yakni Saudah dan Aisyah. Maka tatkala ada kecemburuan beliau mendekati Aisyah -rodhiallohu anha- karena dia lebih pantas dan lebih layak untuk cemburu.

Beliau senantiasa mendekati dan mengalah dengan Aisyah -rodhiallohu anha- mengikuti pesan bapaknya (Umar) yang berkata, “Betapa kerdilnya engkau bila disbanding dengan Aisyah dan betapa kerdilnya ayahmu ini apabila dibandingkan dengan ayahnya.”

Hafsoh dan Aisyah pernah menyusahkan Nabi -sholallohu ‘alaihi wasallam-, maka turunlah ayat: “Jika kamu berdua bertaubat kepada Alloh, maka sesungguhnya hati kamu berdua lebih condong untuk menerima kebaikan dan jika kamu berdua bantu membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Alloh adalah pelindungnya dan (begitu pula) Jibril.” (al-Tahrim : 4)

Telah diriwayatkan bahwa Nabi -sholallohu ‘alaihi wasallam- pernah mentalak Hafsoh sekali tatkala ia di anggap menyusahkan Nabi, namun beliau rujuk kembali dengan perintah Jibril, yang mana Jibril berkata: “Dia adalah seorang wanita yang rajin puasa, rajin sholat dan dia adalah istrimu di surga.”

Hafsoh pernah merasa bersalah karena menyebabkan kesusahan dan penderitaan Nabi dengan menyebarkan rahasianya, namun akhirnya beliau menjadi tenang setelah Rosululloh -sholallohu ‘alaihi wasallam- memaafkan beliau. Kemudian Hafsoh hidup bersama Nabi -sholallohu ‘alaihi wasallam- dengan hubungan yang harmonis sebagai seorang istri bersama suaminya. Manakala Rosul yang mulia telah menghadap ar-Rafiqul A’la dan khalifah di pegang oleh Abu Bakar ash-Shidiq -rodhiallohu anhu-, maka Hafsoh lah yang dipercaya diantara ummahatul mukminin termasuk Aisyah di dalamnya, untuk menjaga mushaf al-Qur’an yang pertama.

Hafsoh mengisi hidupnya sebagai seorang ahli ibadah dan taat kepada Alloh -sholallohu ‘alaihi wasallam-, rajin puasa dan juga sholat, satu-satunya orang yang dipercaya untuk menjaga keamanan undang-undang umat ini, dan kitabnya paling utama yang merupakan mukjizat yang abadi, sumber hukum yang lurus dan akidahnya yang utuh.

Ketika ayah beliau yang ketika itu adalah Amirul Mukminin merasakan dekatnya ajal setelah ditikam oleh Abu Lu’lu’ah seorang Majusi pada bulan Dzulhijah tahun 13 hijriyah, maka Hafsoh adalah putri beliau yang mendapat wasiat yang beliau tinggalkan.

Hafsoh wafat pada masa Mu’awiyah bin Abu Sufyan -rodhiallohu anhu- setelah memberikan wasiat kepada saudaranya bernama Abdulloh dengan wasiat yang telah diwasiatkan oleh ayahnya. Semoga Alloh meridhoi beliau yang telah menjaga al-Qur’an al-Karim, dan beliau adalah wanita yang disebut Jibril sebagai Shawwamah dan Qawwamah (wanita yang rajin sholat dan puasa) dan beliau adalah istri Nabi -sholallohu ‘alaihi wasallam- di surga.

***

(disadur dari buku “Mereka adalah para Shhohabiyat”, karya Mahmud Mahdi al-Istanbul dan Mustofa Abu An Nash Asy-Syalabi) - Majalah Islami : Gerimis

Senin, 17 Desember 2012

Meninggalkan yang Haram demi yang Halal






Al-Hasan al-Bashri -rohimahulloh- berkata, “Ada seorang wanita jalang yang kecantikannya melebihi wanita-wanita seusianya. Dia akan menyerahkan dirinya bila dibayar dengan 100 dinar (425 gram emas). Kemudian ada seorang pria yang melihatnya. Dia merasa kagum dan menginginkan si wanita tadi. Lalu si pria pergi dan bekerja keras membanting tulang dengan tangannya sendiri, sampai akhirnya dia berhasil mengumpulkan uang 100 dinar. Kemudian dia mendatangi si wanita dan berkata kepadanya, ‘Sungguh engkau telah membuatku kagum, kemudian aku pergi dan bekerja membanting tulang hingga berhasil mengumpulkan 100 dinar.’

Si wanita berkata, ‘Bayarkanlah uang itu pada kepala pelayan agar dicek keaslian dan ditimbang beratnya.’ Setelah dibayarkan si wanita berkata lagi, ‘Masuklah.’ Si wanita itu mempunyai rumah yang dihias dengan indah dan ranjang dari emas. Ketika sudah masuk, ‘Ayolah,’ ajak si wanita. Si pria pun bersiap untuk melaksanakan hasratnya, namun saat itu pula dia ingat bagaimana nanti di akan mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan Alloh -subhanahu wa ta'ala-. Tubuhnya jadi gemetar dan syahwatnya langsung hilang. Maka di batalkan niatnya dan berkata, ‘Biarkanlah aku keluar dan pergi dan uang 100 dinar itu ambil saja untukmu!

Dengan penuh perasaan heran si wanita bertanya, ‘Ada apa denganmu? Kau telah mengaku pernah melihatku dan kagum padaku serta menginginkan diriku. Kemudian engaku pergi bekerja membanting tulang hingga mengumpulkan 100 dinar, dan setelah engkau bisa mendapatkan aku, kamu kok jadi begini?’ si pria menjawab, ‘Tidak ada yang mendorongku dalam ini selain rasa takutku kepada Alloh -subhanahu wa ta'ala-. Aku membayangkan bagaiman saat nanti aku akan berdiri di hadapan-Nya mempertanggungjawabkan perbuatanku.’

Si wanita berkata, ‘Bila engkau benar demikian, maka tidak ada yang berhak menjadi suamiku selain engkau.’  Tetapi  si pria menaggapinya dengan berkata, ‘Biarkan aku pergi saja.’ Si wanita berkata, ‘Boleh, tetapi kau harus berjanji, bahwa nanti kau akan mengawiniku.’ Si pria berkata lagi, ‘Tidak ada janji sampai aku keluar.’ Si wanita tetap teguh memaksa, ‘Engkau harus berjanji, demi Alloh, bila nanti aku datang kepadamu engkau harus mengawiniku,’Ya, mungkin’, jawabnya singkat.

Lalu dia mengenakan pakaiannya kemudian terus pergi menuju negerinya. Dan si wanita pun berangkat meninggalkan dunia hitamnya dengan penuh penyesalan atas segala yang diperbuatnya. Sampai akhirnya ia tiba di negeri si pria itu. Lalu dia bertanya pada orang-orang di sana tentang nama dan alamat si pria itu. Orang-orang berkomentar, ‘Sekarang ini, sang ratu cantik itu datang sendiri bertanya tentang engkau.’

Saat si pria melihatnya, dia terkejut, kemudian kejang lalu mati dan jatuh di hadapan wanita itu. Maka si wanita berkata, ‘Aku sudah tidak mungkin mendapatkan orang yang satu ini, tapi apakah ia punya seorang kerabat?’ Orang-orang menjawab, ‘Ya, ada, dia punya saudara laki-laki yang miskin.’

Si wanita tadi akhirnya berkata pada saudara laki-lakinya, ‘Aku ingin menikah denganmu, karena aku cinta pada saudaramu.’ Akhirnya keduanya menikah dan dikarunia tujuh orang anak.”

Jumat, 14 Desember 2012

Mengokohkan Cinta dengan Menikah



Menikah Itu Indah : Mengokohkan Cinta dengan Menikah

Sebagai sebuah akad yang mulia dan ikatan suci yang sakral, pernikahan atau perkawinan dalam Islam telah dibentengi dengan rambu-rambu tanggung jawab dan disematkan kepadanya berbagai sifat keagungan dan kemuliaan yang membedakannya dengan akad-akad lainnya, Islam juga telah mengangkat pernikahan di atas segala kewajiban lain yang mengikat manusia dalam urusan hidupnya.

Dibalik Akad Pernikahan
Al-Qur’an mengilustrasikan pernikahan dengan sifat sakral yang tidak pernah dipergunakan dan diberikan untuk mensifati akad-akad yang lainnya, yaitu menyebutnya sebagai “ikatan atau perjanjian yang kuat” (mitsaq ghalizh).

Alloh Ta’ala berfirman:
Bagaimana kalian akan mengambil sebagian dari mahar itu kembali, padahal sebagian kalian telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-istri. Dan mereka (istri-istri kalian) telah mengambil dari kalian perjanjian yang kuat.” (an-Nisa’ : 21).

Ini berarti, setelah perjanjian yang kokoh ini diucapkan dan dipersaksikan, seorang laki-laki dan wanita yang mengikat perjanjian suci tersebut telah resmi menjadi pasangan suami istri, dimana sebelumnya mereka adalah dua individu berbeda yang memiliki kehidupan masing-masing dan tidak saling terikat antara satu dengan lainnya.

Secara kodrat insane dan hitungan jumlah mereka tetap sebagai indivdu yang berbeda jenis, namun dalam timbangan hakikat mereka adalah dua sejoli yang telah berikrar dengan satu janji. Karena itu, yang satu mewakili yang lainnya, dan dengan pundaknya ia menanggung harapan-harapan dan beban pihak lain.

Kuat dan kokohnya ikatan pernikahan tersebut juga digambarkan Alloh Ta’ala dengan ungkapan yang menawan lainnya:
Mereka (istri-istri) itu adalah pakain bagi kalian, dan kalian pun adalah pakaian bagi mereka.” (al-Baqoroh : 187)

Ungkapan indah ini mengisyaratkan makna mendalam tentang kesatuan, penjagaan, pengamanan dan perhiasan yang hendak diwujudkan oleh setiap pasangan untuk dipersembahkan kepada pasangannya.

Islam memberikan perhatian ekstra terhadap jalinan ikatan jiwa dan ruh antara pasangan suami istri. Perhatian Islam juga sangan optimal dalam mengokohkan ikatan yang telah tersimpul dengan kuat di antara keduanya.

Akhirnya di antara keduanya tumbuh ikatan yang kokoh dan hubungan teguh yang didasari oleh rasa kasih saying dan keharmonisan hati, yang mampu menjaganya dari perbuatan keji dan mungkar. Padahal mereka berdua berasal dari satu jiwa yang diikat oleh karakternya masing-masing.

Alloh Ta’ala berfirman:
Hai sekalian manusian, bertakwalah kepada Robb kalian yang telah menciptakan kalian dari seorang diri, dan dari padanya Alloh menciptakan istrinya, dan dari pada keduanya Alloh memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.” (an-Nisa’ : 1)

Upaya maksimal terhadap pengokohan ikatan dan hubungan suami istri dengan dilandasi cinta dan kasih saying secara timbale balik, pada akhirnya akan dapat menuntun mereka (suami-istri) kepada kebaikan dan ketakwaan.

Bertakwalah kepada Alloh yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kalian saling meminta satu sama lain.” (an-Nisa’ : 1)

Maksudnya, setiap pasangan akan memperoleh kebahagiaan, pertolongan dan kedamaian, tentunya jika mereka bertakwa kepada Robbnya demi pasangannya. Atau jika mereka berkeinginan kuat untuk saling menegakkan hubungan di antara keduanya atas dasar keikhlasan dan kejujuan. Karena hubungan rumah tangga yang mereka bangun dimaksudkan hanya untuk saling bekerja sama demi mencapai kondisi yang lebih ideal, sehingga masing-masing akan mendapatkan apa yang menjadi keinginan, obsesi dan idealitasnya.



Pernikahan bukan sebuah perusahaan perseroan yang masing-masing pihak berusaha memperoleh keuntungannya masing-masing dan tidak mau tahu dengan kerugian yang diderita pihak lainnya. Namun pernikahan adalah sebuat perjanjian yang dilakukan dan dipersaksikan oleh suami-istri sendiri. Sehingga yang satu akan bekerja demi yang lain, sedang yang satunya akan mendukung dan menguatkan yang lainnya agar keduanya mampu mencapai kebahagiaan bersama, atau bahkan puncak kebahagiaan yang telah lam diidam-idamkan.

Itulah jalinan kedamaian (sakinah) sebagaimana yang diungkapkan Alloh Ta’ala dalam firman-Nya:
Dia menciptakan istrinya, agar suami tersebut merasa tentram kepadanya.” (al-A’rof : 189)

Karena itu, al-Qur’an sangat memperhatikan tercapainya misi-misi ruhani (psikologis) dari sebuah pernikahan, yaitu tergapainya ketentraman jiwa dari gejolak-gejolak seksual dengan cinta yang terjalin antara pasangan suami-istri dan memperluasnya hingga meliputi wilayah cinta dan kasih saying antara kedua keluarga besar dari masing-masing suami-istri tersebut.

Dalama hal ini, Alloh Ta’ala berfirman:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kalian rasa kasih dan saying.” (ar-Rum : 21)

Hal ini mengindikasikan bahwa setiap hal yang terikat erat dengan pasangan suami-istri dan hubungan interaksi di antara keduanya berawal dan muncul dari sini, rasa tentram (sakinah), cinta (mawaddah), dan kasih sayang (rahmah).

Sebuah keluarga yang direpresentasikan dan diperankan dengan baik oleh suami istri adalah jama’ah atau komunal pertama yang darinya terbentuk sebuah masyarakat. Oleh karena itu, demi tegaknya urusan jama’ah ini dan demi kebaikan kondisinya, haruslah ada seorang pemimpin yang ditaati yang mampu mengatur segala urusan dan memenej setiap perilaku, serta mengarahkan biduk rumah tangganya denga arah yang tepat dan untuk menuju sasaran yang tepat pula.

Sedangkan seorang wanita telah dipersiapkan Alloh Ta’ala dengan fithrahnya sebagai istri yang memang diciptakan untuk mengandung, melahirkan dan mengasuh serta menata urusan rumah tangganya.

Sementara laki-laki atau suami dengan segala kekuatan fisik dan kelebihan akalnya serta kesempurnaan pikirannya, ia lebih tepat untuk memegang kendali kepemimpinan keluarga dan yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan hidup serta yang bertugas menjaga dan membela keluarga tersebut. Ia juga bertugas untuk memenuhi kebutuhan prinsip dalam hidup yaitu rasa aman dan ketenangan.

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Alloh telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dank arena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (an-Nisa’ : 34)

Paket Pernikahan Islami : Menikah Itu Indah, hikmah dan keutamaan pernikahan dalam Islam, LBKI