“Sudah dua belas tahun kita menikah, tapi
belum sedikitpun kita bahagia”, kata seorang suami kepada istrinya.
“Maksud ayah?”, sahut istrinya bingung
karena tak seperti biasa suaminya bersikap seperti ini.
“Maafkan aku bu, nggak seperti keluarga
lainnya yang hidup bahagia dan mapan, selama ini aku belum bisa bahagiakan kamu
dan anak-anak, apalagi pekerjaanku seperti ini, hanya seorang tukang sampah
keliling di kampung ini”, terang suaminya menjelaskan.
“Maksud
ayah, aku dan anak-anak tidak bahagia? Kata siapa begitu? Tidak seharusnya ayah
berkata seperti itu. Aku merasa bahagia walaupun keadaan kita susah seperti
ini. Ayah seharusnya bersyukur, karena ini adalah nikmat yang diberikanNYA
untuk kita. Banyak orang yang bergelimang harta tapi hidupnya tidak bahagia,
banyak orang yang kaya tapi hatinya selalu dirundung duka. Mending kita hidup
seperti ini Yah, yang penting hati kita tenang dan bahagia. Masih bisa makan
walau seadanya, masih bisa menyekolahkan anak-anak walaupun bukan di sekolah
yang mahal, dan ayah bisa mengatur waktu untuk beribadah tidak disibukkan
dengan urusan dunia. Anggap pekerjaan ayah ini adalah ibadah karena membuat
kampung kita jadi bersih.
Tentang
pekerjaan Ayah, Ayah boleh bekerja sebagai tukang sampah, tapi bukan berarti
pekerjaan yang ayah jalani adalah sampah. Ayah memang mengambil sampah dari
masyarakat, tapi bukan berarti ayah adalah sampah masyarakat. Tangan ayah boleh
kotor karena sampah, tapi yang penting tangan ayah tidak pernah berbuat kotor
atau dosa.
Biarlah
orang memandang ayah rentan terkena penyakit, tapi yang penting ayah tidak
membuat orang berpenyakit, apalagi itu penyakit hati. Biarlah juga orang lain
menghina ayah, tapi yang penting ayah tidak pernah menghina mereka. Jadi ayah
harus tetap bersyukur ya dan ikhlas menjalani ini semua.”, jawab istrinya
berusaha menenangkan hati suaminya.
“Ya sayang, kamu memang wanita terbaik yang
dianugerahkanNYA untukku. Terima kasih ya istriku, ibu dari anak-anakku, hatiku
sekarang bisa sedikit lebih tenang.”, sambung suaminya sambil melempar
senyum kecilnya.
Istrinya
juga ikut tersenyum melihat suaminya tersenyum tanda berkurang kemurungannya.
Oh indahnya hidup bila bisa saling menyejukkan dan mengingatkan, apalagi jika
dibumbui dengan rasa ikhlas dan syukur, pasti hidup akan terasa jauh lebih
indah lagi jadinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar