Rabu, 26 Juni 2013

Surat Rahasia dari seorang Anak Kecil


Aku bangun pagi seperti kebiasaanku, meski hari ini adalah hari liburku. Putri kecilku, Rima pun demikian. la juga terbiasa bangun lebih cepat.

Aku saat itu sedang duduk di depan mejaku sibuk dengan buku-buku dan lembar-lembar kertasku.

Mama, apa yang engkau tulis?” tanya Rima.

Aku menuliskan sepucuk Surat kepada Alloh -ta'ala-,” jawabku.

Apakah Mama mengizinkan aku untuk membacanya??” tanya Rima lagi.

Tidak, Sayangku. Surat-suratku ini sangat khusus dan aku tidak mau seorang pun membacanya,”jawabku.

Rima pun keluar dari ruang kerjaku dengan hati yang sedih. Namun ia telah terbiasa dengan itu semua. Aku memang selalu menolaknya.

Kejadian itu telah berlalu selama beberapa minggu. Untuk pertama kalinya, aku pergi ke kamar Rima. Rima gugup saat melihatku masuk. Duhai, mengapa ia tiba-tiba menjadi gugup??

Rima, apa yang engkau tulis?” tanyaku.

la semakin gugup. Namun ia menjawab: “Tidak Mama, ini adalah kertas-kertas rahasiaku.

Menurut Anda, apakah yang ditulis oleh seorang anak perempuan berusia 9 tahun dan ia takut jika ada yang melihatnya?!

Aku menulis Surat kepada Alloh -ta'ala- seperti yang Mama lakukan,” ujarnya lagi.

Tapi tiba-tiba ia memotong sendiri ucapannya dengan mengatakan: “Tapi apakah semua yang kita tuliskan akan terwujud, wahai Mama??”

Tentu saja, putriku. Karena Alloh -ta'ala- Maha mengetahui segala sesuatu.,” jawabku.

Ia tidak mengizinkanku untuk membaca apa yang ia tulis. Aku pun keluar meninggalkan kamarnya. Aku mendatangi Rasyid, suamiku, untuk membaca koran seperti biasa. Aku membaca koran itu, tapi pikiranku melayang memikirkan putri kecilku.

Rasyid rupanya memperhatikan kegelisahanku. la mengira bahwa dirinyalah yang menjadi penyebab kesedihanku. Ia berusaha menenangkanku bahwa ia akan mendatangkan seorang pembantu atau perawat untuk meringankan bebanku.

Duhai Tuhanku, aku tidak pernah berpikir seperti ini. Aku pun memeluk kepalanya dan mencium keningnya yang selama ini begitu lelah dan berpeluh keringat demi aku dan putriku, Rima.

Dan hari ini, ia mengira aku sedih karena itu semua. Aku menjelaskan padanya apa yang menyebabkan kesedihan dan kegelisahanku.

Hari itu, Rima pergi ke sekolah. Dan ketika ia pulang, ia menemukan seorang dokter ada di rumahnya. la segera berlari untuk melihat ayahnya yang sedang didudukkan di sebuah kursi. Rima duduk di sampingnya dan menghiburnya dengan canda dan bisikan cintanya.

Sang dokter menjelaskan kepadaku bagaimana kondisi Rasyid yang memburuk, lalu ia pergi. Aku pura-pura lupa bahwa Rima masih anak-anak. Tanpa ampun, aku berterus terang kepadanya apa yang dikatakan dokter kepadaku, bahwa jantung ayahnya yang menyimpan begitu banyak cinta untuknya semakin melemah. Ia tidak akan hidup lebih dari tiga minggu. Segera saja tangisan Rima pecah. Dan ia terus menangis sambil mengulangi ucapannya: “Mengapa semua ini terjadi pada Papa? Mengapa?

Doakanlah kesembuhan untuknya, wahai Rima. Engkau harus menjadi anak yang pemberani dan jangan pernah lupa akan rahmat Alloh -ta'ala-, karena Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Karena engkau adalah putri Papa satu-satunya,” ujar Sang ibu.

Rima terdiam mendengarkan ibunya. la melupakan kesedihannya dan menelan semua rasa sakitnya. Keberaniannya tiba-tiba muncul dan ia berkata: “Ayahku tidak akan mati

Di setiap pagi, Rima mencium pipi ayahnya yang hangat. Namun hari itu, ketika ia mencium ayahnya, ia memandangi sang ayah dengan pandangan lembut, lalu berkata: “Ayah, andai saja engkau bisa mengantarku satu hari saja seperti teman-temanku yang lain.”

Sebuah kesedihan langsung membuatnya larut, namun ia berusaha menyembunyikannya. la mengatakan; “Insya Alloh -ta'ala-, hari itu akan datang. Ayah akan mengantarmu ke sekolah, Rima.”

Ia mengucapkan itu meski ia yakin bahwa sakitnya itu tidak akan mampu menyempurnakan kegembiraan putri kecilnya.

belajar bisnis online
Aku mengantarkan Rima ke sekolah. Dan ketika aku tiba di rumah, entah mengapa sebuah keisengan menggodaku untuk melihat surat-surat yang pernah dituliskan Rima kepada Alloh -ta'ala-. Aku mencarinya di meja belajarnya, namun tak menemukan apapun. Dan setelah begitu lama mencari, tidak juga ada hasil.

Aduh, di mana gerangan surat-surat itu?! Apakah ia merobek-robeknya setelah ia menulisnya?!

Mungkin ada di sini. Selama ini Rima begitu menyayangi kotak ini. Berkali-kali ia memintanya dariku, maka aku pun mengosongkan isinya dan memberikan kotak itu kepadanya.

Tuhanku, kotak ini berisi begitu banyak surat dan semuanya untuk Alloh -ta'ala-!

“Ya Tuhan … ya Tuhan .. semoga anjing tetangga kami akhirnya mati, karena ia selalu menakutiku!!”

“Ya Tuhan, semoga kucing kami melahirkan begitu banyak anak kucing. Itu untuk mengganti anak-anaknya yang mati!!”

“Ya Tuhan,  semoga sepupuku akhirnya lulus, karena aku mencintainya!!”

Ya Tuhan, semoga bunga-bunga di taman rumah kami begitu cepat menjadi besar, agar setiap hari aku dapat memetik setangkai bunga dan memberikannya kepada ibu guruku.”

Dan banyak lagi surat-surat lain yang semuanya begitu polos. Dan di antara surat paling lucu yang aku baca adalah ketika ia menuliskan:

Ya Tuhan..ya Tuhan..jadikanlah akal pembantu kami semakin cerdas, karena ia telah membuat ibuku lelah…”

Ya Alloh -ta'ala-, semua surat itu isinya benar-benar dikabulkan. Sejak lebih dari seminggu, anjing tetangga kami mati! Kucing kami telah mempunyai anak-anak, Ahmad – sepupunya-  juga lulus dengan cemerlang dan bunga-bunga di taman kami memang menjadi besar sehingga Rima setiap hari memetik sekuntum bunga untuk diberikan kepada ibu gurunya.

Ya Alloh -ta'ala-, tapi mengapa ia tidak pernah mendoakan kesembuhan untuk ayahnya agar ia tidak terbebani dengan penyakitnya?!!

Aku menjadi begitu bingung, andai saja ia mendoakan ayahnya. Kebingungan itu tidak terputus kecuali oleh deringan telepon yang mengganggu. Pembantu mengangkatnya lalu memanggilku: “Nyonya, ada telpon dari ibu guru.!”

Ibu guru?! Ada apa dengan Rima?! Apakah ia melakukan sesuatu?!

Ibu guru itu kemudian menceritakan kepadaku bahwa Rima jatuh dari lantai 4 ketika ia sedang berjalan menuju rumah ibu gurunya yang tidak hadir. Ia ingin memberinya setangkai bunga dan ketika ia melihat dari balkon, bunga itu jatuh dan Rima pun ikut terjatuh.

Sungguh sebuah dentuman yang sangat keras yang tak mampu aku pikul, begitu pula Rasyid. Akibat keterkejutannya Yang begitu dahsyat, ia mengalami stroke di mulutnya. Dan sejak hari itu, ia tidak lagi mampu berbicara.

Mengapa Rima bisa tewas seperti itu?”

Aku sungguh-sungguh tidak bisa memahami berita bahwa putri tercintaku telah tiada..

Setiap hari aku menipu diriku sendiri dengan pergi ke sekolahnya seakan-akan aku masih mengantarnya pergi ke sana.

Aku melakukan segala sesuatu yang dahulu senang dilakukan putri kecilku. Setiap sudut rumah selalu mengingatkanku tentangnya. Aku terkenang pada suara tawanya yang selalu memenuhi rumah kami dengan kehidupan.

Bertahun-tahun telah berlalu sejak kematiannya dan seakan-akan itu terjadi hari ini.

Suatu hari, pada pagi hari Jum’at, tiba-tiba pembantu kami datang tergopoh-gopoh dan mengatakan bahwa ia mendengarkan ada suara yang berasal dari kamar Rima.

Ya Tuhanku, apakah masuk akal jika Rima kembali lagi?? Ini sungguh sebuah kegilaan dan mustahil.

Engkau mungkin hanya mengkhayal,” ujarku kepada pembantu kami.

Aku sendiri belum pernah menginjakkan kakiku ke kamar itu sejak kematian Rima. Rasyid bersikeras agar aku pergi ke sana dan melihat apa yang terjadi.

Aku memasukkan kunci ke pintu dengan hati yang penuh debar. Kubuka pintu dan aku tidak bisa menguasai diriku.
Aku duduk menangis dan menangis. Aku melemparkan tubuhku ke atas tempat tidurnya. Ranjang itu berderik. Oh, aku ingat.

Sudah berulang kali Rima mengatakan padaku kalau tempat tidurnya selalu berderik dan mengeluarkan suara jika ia bergerak. Dan aku selalu lupa memanggil tukang kayu untuk memperbaikinya. Ah, tapi sekarang tidak ada gunanya lagi.

Tapi apa yang telah menimbulkan suara keras yang dikatakan pembantu kami?

Oh, rupanya itu adalah suara papan hiasan dinding bertuliskan ayat kursi yang jatuh. Dulu, Rima selalu berusaha membaca ayat itu setiap hari hingga ia menghafalnya. Dan ketika aku mengangkat papan itu untuk menggantungkannya kembali, aku menemukan selembar kertas yang diletakkan di belakangnya.

Ya Tuhan, ini adalah salah satu dari sekian banyak surat-suratnya. Menurut ANda, apakah gerangan yang tertulis dalam surat itu? Dan mengapa ia meletakkannya di balik tulisan ayat yang mulia itu?

Ini benar-benar salah satu surat yang dituliskan Rima kepada Alloh -ta'ala-. Di dalamnya tertulis:

Ya Tuhanku..ya Tuhanku…biarlah aku mati dan Papa-ku tetap hidup.”

***
Sumber: Chicken Soup For Muslimah, Qashash Mu’atstsirah Jiddan lil Fatayat, ALi bin Husain Sindi, Penerbit Sukses Publishing

Wanita Cantik, Suci, dan Cerdas Bersama Suami Yang Curiga



Dikisahkan, ada seorang raja yang berada di lantai atas istana sedang menoleh dan kebetulan dia melihat seorang perempuan di atas loteng rumah. Perempuan tersebut cantik sekali. Lantas sang Raja berkata kepada sebagian dayang-dayangnya, “Perempuan itu milik siapa?” Mereka berkata kepada Raja, “Perempuan itu istri pelayan tuan, Fairuz.”

Kemudian sang Raja turun. Sang Raja benar-benar mabuk cinta kepada perempuan tersebut. Lalu sang Raja memanggil pelayannya dan berkata, 

Hai Fairuz!

Saya paduka.” Jawab Fairuz.

Raja melanjutkan, “Ambillah surat ini. Bawalah ke negeri anu dan berikan aku jawaban.”

Pelayan itupun mematuhi perintah sang Raja. Lantas dia menuju rumahnya. Dan meletakkan surat di atas tempat tidurnya. Dia pun mempersiapkan dirinya untuk melakukan perjalanan. Memasuki waktu pagi, dia berpamitan kepada keluarganya dan berangkat untuk memenuhi perintah Raja tanpa menyadari apa yang sedang direncanakan oleh Raja.

Di lain pihak, sang Raja menuju ke rumah pelayannya tersebut. Dia mengetuk pintu dengan pelan. Lantas istri pelayan tersebut berkata, “Siapa di luar?” Raja menjawab, “Saya Raja, majikan suamimu.” Isterinya pun membukakan pintu untuknya, lalu sang Raja masuk.

Si istri berkata kepada Raja, “Baru kali ini saya melihat tuan ke sini.” Sang Raja berkata, “Saya datang untuk berkunjung.” Perempuan tersebut menanggapi, “Saya berlindung diri kepada Alloh -ta’ala- Subhanahu wa Ta’ala dari kunjungan ini. Saya kira kunjungan ini tidaklah pantas.

Sang Raja berkata, “Celaka kamu! Sesungguhnya aku ini Raja dan majikan suamimu. Aku tidak menduga bahwa kamu tidak mengenaliku?” Perempuan tersebut menjawab, “Saya mengenalimu tuan. Akan tetapi, orang-orang terdahulu terlanjur mengucap syair berikut:

Saya akan meninggalkan air kalian tanpa mau mendatanginya karena telah banyak orang yang mendatanginya

Jika lalat jatuh pada makanan, maka aku pun mengangkat tanganku padahal nafsuku menginginkannya.

Singa-singa enggan mendatangi air ketika anjing-anjing telah menjilati air tersebut.


Kemudian perempuan tersebut berkata, “Wahai Raja! Paduka telah mendatangi tempat minum anjing paduka dan Anda meminumnya!

Maka, sang Raja menjadi malu sebab perkataan perempuan tersebut, lalu dia beringsut keluar meninggalkan perempuan tersebut dan lupa sandalnya tertinggal di dalam rumah


belajar bisnis online
Sedang si pelayan yang telah berangkat untuk memenuhi perintah majikannya, dia merasa kehilangan surat. Ternyata dia tidak membawa serta surat tersebut. Dia pun teringat, dia lupa kalau suratnya masih ada di bawah tempat tidurnya. Lantas dia kembali ke rumah. Kebetulan, dia sampai di rumah setelah sang Raja keluar dari rumahnya. Tetapi, dia menemukan sandal sang Raja di dalam rumahnya. Dia pun tidak kehilangan akal. Dia sadar bahwa sang Raja mengutusnya untuk melakukan perjalanan ini dikarenakan ada sesuatu yang hendak dilakukannya. Dia pun terdiam dan tidak mengucapkan sepatah kata. Dia pun mengambil surat dan berangkat untuk memenuhi perintah Raja.

Tatkala dia telah melaksanakan tugasnya, dia pun menghadap sang Raja. Lantas sang Raja memberinya hadiah seratus dinar, lalu dia bertolak ke pasar dan membeli sesuatu yang disukai istrinya. Dia juga mempersiapkan hadiah yang bagus. Dia mendatangi istrinya lalu mengucap salam kepadanya dan berkata, “Ayo kita berkunjung ke rumah ayahmu!”

Untuk apa?” Tanya si istri.

Dia menjawab, “Sang Raja telah memberi hadiah kepadaku dan saya ingin engkau menampakkannya kepada keluargamu.”

Dia pun bangkit dan menuju ke rumah ayahnya. Mereka bergembira dengan kedatangan perempuan tersebut serta benda-benda yang dibawanya. Lalu dia menetap di rumah keluarganya selama sebulan. Dia pun tidak pernah menanyakan istrinya dan tidak pernah menyebut-nyebutnya.

Kemudian saudara si istri mendatangi dan berkata, “Kamu pilih antara menceritakan kepada kami akan penyebab kemarahanmu atau kami minta putusan hukum kepada Raja?”

Fairuz menjawab, “Jika kalian menghendaki putusan hukum, lakukanlah. Saya tidak meninggalkan hak istri saya yang merupakan kewajiban saya.”

Lantas mereka pun menuntutnya untuk mencari putusan hukum. Fairuz bersama mereka menghadap hakim. Ketika itu hakim sedang duduk di samping Raja. Saudara si istri berkata, “Tuanku hakim yang mulia! Saya menyewakan kepada pemuda ini kebun yang berpagar kuat lengkap dengan sumur yang airnya melimpah dan terpelihara serta pepohonan yang berbuah, lalu dia memakan buah-buahannya, merobohkan pagarnya, dan menghancurkan sumurnya.”

Lantas hakim menoleh ke arah si pemuda dan berkata kepadanya, “Apa tanggapanmu, hai Fairuz?”

Fairuz menjawab, “Wahai tuan hakim! Saya telah menerima kebun itu dan saya menyerahkannya lagi kepadanya sebaik keadaannya semula.”
Hakim bertanya, “Apakah dia mengembalikan kebun itu kepadamu sebagaimana keadaannya semula?”

Dia menjawab, “Benar. Akan tetapi, saya ingin mengetahui penyebab dia mengembalikan kebun itu.”

Hakim berkata, “Apa tanggapanmu, hai Fairuz?”

Fairuz menjawab, “Yang mulia! Demi Alloh -ta’ala-, saya mengembalikannya bukan karena membencinya. Hanya saja, pada suatu hari saya datang dan ternyata saya menemukan jejak singa di dalamnya (maksudnya ialah sandal sang Raja). Saya takut diterkam oleh singa tersebut. Makanya, saya menahan diri untuk masuk ke dalam kebun untuk menghormati singa tersebut.”

Pada saat itu sang Raja sedang duduk bersandar, lantas beliau duduk dengan tegak dan berkata, “Wahai pemuda! Kembalilah pada kebunmu dalam keadaan aman dan tenang. Demi Alloh -ta’ala-, singa itu masuk ke dalam kebun tidak melakukan apa-apa. Ia tidak menyentuh daun, buah, dan apa saja. Ia berada di dalamnya hanya sebentar saja dan keluar tanpa berbuat apa-apa. Demi Alloh -ta’ala-, singa tersebut belum pernah melihat semisal kebunmu dan tidak ada yang lebih kuat perlindungannya dari pada pagar yang mengelilingi pepohonannya.”

Selanjutnya, pemuda tersebut pulang ke rumahnya dan istrinya pun dikembalikan kepadanya. Sang hakim dan lainnya tiadk ada yang tahu apa yang terjadi sebenarnya.

(Ini semua termasuk di antara ungkapan-ungkapan eksentrik yang dibuat secara metaforis).


***
Sumber: Hiburan Orang-orang Shalih, 101 Kisah Segar, Nyata dan Penuh Hikmah, Pustaka Arafah Cetakan 1

Ijinkan Aku Iri pada Kalian

Pernikahan Islami

Tepat selesai jama'ah Subuh aku dikagetkan oleh getar Hp yang kebetulan masih di atas meja . Selintas kulihat istriku mengambil HP tersebut dan dilihat Identititas pamanggil . Aku sempat nanya :'' dari siapa dik ?” . ''Dik Khusnul mas .” jawab istriku . Setelah membalas salam yang disampaikan dik Khusnul kudengar jawaban istriku berikutnya yang cukup mengagetkan : Inna lillahi wa Inna illaihi rojiun , kapan? “ . Kucoba untuk menenangkan hatiku sambil menunggu pembicaraan mereka selesai .

Maklum diperantaun , kalau ada kabar duka rasanya Masya Alloh . Walaupun sebenarnya akupun menyadari bahwa kematian tetap akan datang , yang kita tidak pernah tahu jadwalnya , tempatnya , keadaannya , ataupun siapa orang – orang yang mendampingi kita pada saat sakaratul maut tersebut.

Aku berjalan mendekati istriku setelah pembicaraan mereka selesai . Tampak kaget wajah istriku mendengar berita itu. Yah ..., hari ini salah satu tetanggaku di Cepu duluan dipanggil kehardirat-Nya .''Siapa dik yang meninggal dunia ?'' tanyaku . ''Gus Aris mas , putranya pak Syai'in , hari ini dia menyusul adiknya mas .” jawab istriku . Aku juga cukup penasaran dengan kakak beradik ini . Ada yang istimewa pada saat keduanya di panggil Alloh .Bahkan menurutku lebih dari itu , mereka memiliki keluarga yang istimewa , baik ayah , ibu maupun saudara saudara kandungnya.Sebuah keluarga yang bersahaja. Bagaimana tidak ? Ayahnya seorang guru agama di sebuah Sekolah Dasar , tetapi beliau tetap ada waktu untuk musholla yang menurutku cukup besar itu untuk mengajari anak – anak mengaji selepas jama'ah sholat Magrib .

Santrinya pun cukup banyak , lebih dari 50 anak kayaknya, sehingga walaupun sudah dibantu oleh istrinya tetap saja waktu mengajar ngajinya tidak pernah cukup kalau hanya selepas Magrib sampai Isya . Belum lagi ditambah kesibukannya untuk masyarakat sekitar yang perlu konsultasi , atau bertanya tentang agama. Dan istimewanya walaupun dalam kesederhanaan seperti itu ketiga putra dan satu putrinya semua sekolah di PONPES Bahrul Ulum Jombang ,satu pondok dengan salah satu adikku dulu .

Kalau ditanya alasannya kenapa seluruh anaknya dimasukkan pesantren , jawabannya cukup mengejutkan : ''Saya takut dengan kondisi pendidikan saat ini , walaupun saya pendidik . Jumlah jam pendidikan agama semakin tahun semakin sedikit , sementara anak hanya di cekoki hal- hal yang berbau eksak. , sehingga akhlaq dan sikap tawadhu nya sering hilang atau bahkan tidak ada sama sekali. Saya hanya yakinkan pada anak – anak kalau kita menolong agama Alloh pasti Alloh akan menolong kita dari jalan yang tidak pernah kita duga “. Nah ….

Kemarin pada saat aku cuti bersama istriku , kuniatkan memang dari awal untuk ta'ziah di rumah beliau walaupun terlambat beberapa hari . Suasana duka masih menyelimuti keluarga itu , tapi sekali lagi sangat -sangat nampak di wajah pak Syai'in dan istrinya sebuah sikap kerelaan dan keridhoan keduanya terhadap takdir Alloh yang menghendaki salah satu putranya untuk kembali ke hadirat-Nya.

Ada kesedihan yang wajar memang , tapi sikap ridhonya terhadap takdir mengalahkan kesedihannya. Ah .. sebuah pelajaran yang indah. Setelah mempersilahkan kami duduk ,disiapkan pula untuk kami dua gelas air mineral . Setelah kusampaikan bela sungkawa , aku mencoba memulai pembicaraan dengan ikut mencoba menyemangati '' Wah , kayaknya pak Syai'in dan ibu lagi dinaikkan maqomnya oleh Alloh nich , Gus Aris di panggil Alloh dalam keadaan berdzikir di masjid .

Mudah-mudahan cobaan ini untuk menaikkan kedudukan bapak dan ibu di mata Alloh dan ditambahkan kesabaran dan keberkahan di keluarga ini ''. Serempak mereka mengamini. Dalam bahasa jawa yang halus dan terbata-bata ibu Syai'in bercerita bahawa sebelum Gus Aris dipanggil Alloh perilakunya berubah total dalam tahun terakhir. Bahkan minggu – minggu terakhir sebelum kepergiaanya tiba-tiba dia minta maaf kepada ibunya , permintaan maaf yang tidak biasanya .Dia meminta maaf segala kesalahannya dari kecil sampai sekarang dan mencium tangan ibunya. Dan menagis di pelukan ibunya .

Kemudian mulai dia melengkapi kebutuhan ibu dan rumah tangganya . Masih belum puas , masih lagi dia menanyakan : '' Apalagi yang belum ya bu , inipun belum seberapa dibanding pengorbanan dan kasih sayang ibu selama ini “. Dan sebelum bekerja seperti biasanya dia meminta do'a restu ibunya walaupun kali ini dia merasa kurang enak badan. Dan benar saja rupanya itu kata pamitnya dia kepada ibunya . Dalam perjalanan mencari rejeki itulah tiba – tiba dia belokkan kendaraan roda duanya ke arah masjid .Dan Alloh mengakhiri hidupnya dalam keadaan berdzikir. .Subhanallah , mudah-mudahan Khusnul Khotimah .

Dalam rasa penasaranku yang semakin membara terhadap amal kebaikan Gus Aris ini , aku beranikan diri bertanya lebih jauh . Kali ini pak Syai'in tujuanku. '' Pak , apa amalan Gus Aris ini , kok Alloh mengambilnya dengan santun seperti itu ?'' . Dalam nafas panjang beliau mulai bercerita bahwa beberapa hari terkahir dia ingat terus kepada Gus Ulya , salah seorang adiknya yang duluan dipanggil Alloh .Bahkan dia sempat bilang :'' Abah , kayaknya dik Ulya enak ya , mungkin saat ini sudah di syurga.”

Terus suatu saat dia ngomong '' Abah , setelah saya pikir – pikir selama ini Alloh menyempitkan rejekiku mungkin karena saya yang salah , makanya beberapa waktu yang lalu saya sowan ke kyai di pondok dan menanyakan hal ini pada beliau .Dan ternyata saran pak kyai saya disuruh membetulkan sholat dulu .Jadikan sholatmu sarana untuk menyampaikan hajatmu di hadapan Alloh , kebutuhan hamba terhadap Rabb nya dan bukan sekedar menggugurkan kewajiban “.

Masih menurut pak Sayiin , setelah itu memang benar , Alloh mulai melapangkan rejekinya , bahkan dia sempat menjadi tangan kanan di sebuah perusahaan , walaupun tidak bertahan lama karena Alloh keburu memanggilnya.

Sama seperti adiknya , dulu kalau mereka liburan pondok , walaupun laki- laki mereka selalu ''memaksa '' uminya untuk tidak memasak selama mereka di rumah .Mereka berdualah yang memasak sampai liburan habis . Merekalah yang menggantikan suara khas abahnya kalau lagi adzan dan membantu mengajar ngaji untuk anak- anak santri di musholla . Dan jejak itupun saat ini diikuti oleh kedua adiknya yang masih mondok .

Hingga suatu saat dia bercerita pada abahnya :'' Abah , dulu sebelum dik Ulya dipanggil Alloh pernah mengajak saya untuk menghitung biaya sekolah yang dikeluarkan abah mulai dari MI sampai di pondok sekarang . Adik bilang mudah-mudahan Alloh menggantinya “. Benar saja , Gus Ulya dipanggil Alloh pada saat hendak kembali kepondok setelah meminta maaf kepada ummi dan abinya dan akan menunggunya si syurga kelak .

belajar bisnis online
Kecelakaan menjadi cara Alloh memanggilnya. Calon hafidz Qur'an itu dipanggil Alloh dalam perjalanan jihad untuk menuntut ilmu .Mudah – mudahan syahid … Benar saja santunan dari asuransi dan sumbangan dari para sopir yang kebetulan berada disekitar lokasi kecelakaan itu persis sama dengan yang dihitung kakak beradik itu. Salah satu yang membuat pak Syai'in dan istrinya teringat adalah mereka berdua tidak pernah meminta jatah bulanan untuk pondok melebihi jatah bulanan biasa , walaupun seribu rupiah . Kalau ditanya selalu biilang cukup . Padahal menurut salah satu adikku yang kebetulan satu pondok dengannya , dalam kondisi banyak kebutuhan di pondok , mereka memilih puasa agar tidak menambah beban kedua orang tuanya.

Semakin panjang cerita pak Syai'in semakin membuatku iri dan penasaran.Mudah – mudahan tidak salah penilaianku bahwa keluarga ini memang keluarga yang dekat dengan Alloh . Beberapa hari sebelum sang kakak dipanggil Alloh dalam mimpinya pak Syai'in berjalan – jalan di sebuah taman yang belum pernah dilihatnya.

Kemudian salah seorang penjaga taman itu menawari pak Syai'in untuk melihat – lihat rumah anaknya . Ditolaknya permintaan tersbut karena pak Syai'in yakin putranya tidak mepunyai rumah disitu. Sang penjagapun memaksa beliau untuk masuk dan ternyata anaknya sedang tidur pulas dirumah yang indah tersebut . Sembari membetulkan letak kepala anaknya di bantal yang kelihatan pulas sekali , beliau mengamati indahnya rumah tersebut.Sungguh belum pernah dibayangkan apalagi dilihatnya . Masya Alloh . Dan sehari sebelum sang kakak dipanggil Alloh , pada saat sholat beliau sempat sekilas melihat Gus Ulya menggandeng tangan Gus Aris .

Dan sungguh aku iri pada kalian berdua . Dan mudah – mudahan Alloh memanggilku kelak dalam keadaan syahid atau sedekat-dekatnya hamba dengan Rabb nya. Maka ijinkanlah aku iri pada kalian.

***